Rabu, 29 April 2015

ߔ卥ngapa Wanita yang Terbanyak Masuk Neraka?




بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

👉Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

اطَّلَعْتُ فِى الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِى النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاء

"Aku menoleh ke surga maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir, dan aku menoleh ke neraka maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita." [Al-Bukhari dari Imron bin Hushain radhiyallahu'anhu dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma]

👉Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam juga bersabda,

أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَط

“Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita, karena mereka kufur.” Beliau ditanya: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka kufur kepada suami dan mengingkari kebaikan. Andaikan engkau berbuat baik kepada seorang istri sepanjang waktu, kemudian sekali saja ia melihat kesalahanmu, maka ia mengatakan: Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikit pun darimu.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma]

👉Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam juga bersabda,

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الِاسْتِغْفَارَ، فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ جَزْلَةٌ: وَمَا لَنَا يَا رَسُولَ اللهِ أَكْثَرُ أَهْلِ النَّارِ؟ قَالَ: تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِير

“Wahai para wanita bersedekahlah dan perbanyaklah istighfar (memohon ampun kepada Allah), karena sesungguhnya aku telah diperlihatkan bahwa kalian para wanita yang terbanyak menghuni neraka. Maka berkatalah seorang wanita yang pandai: Mengapa kami para wanita yang terbanyak menghuni neraka? Beliau bersabda: Karena kalian banyak melaknat dan kufur terhadap suami.” [HR. Al-Bukhari dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu dan Muslim dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma, dan ini lafaz Muslim]

👉Dalam hadits yang lain,

لِأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ الشَّكَاةَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ

“Karena kalian banyak mengeluh dan kufur terhadap suami.” [HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhuma]

📋Beberapa Pelajaran:

1⃣ Durhaka kepada suami, tidak menaati perintahnya yang tidak menyelisihi syari’at dan tidak berterima kasih kepadanya, termasuk sebab terbanyak yang memasukkan wanita ke dalam neraka, karena mengingkari kebaikan suami termasuk dosa besar (lihat Syarhu Muslim lin Nawawi, 2/66).

2⃣ Sebab yang lainnya adalah karena banyak melaknat, dan makna melaknat ada dua:
•Pertama: Mencaci atau mencela (lihat Syarhu Riyadhis Shaalihin libnil ‘Utsaimin, 3/67)
•Kedua: Mendoakan orang lain agar dijauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah (lihat Syarhu Muslim, 2/67)

3⃣ Sebab yang lainnya adalah banyak mengeluh, dan bisa kemungkinan dua makna:
•Pertama: Mengeluhkan keadaan suami dan tidak menunaikan haknya, padahal sang suami telah banyak berbuat baik kepadanya.
•Kedua: Mengeluhkan rezeki yang Allah berikan, tidak bersyukur kepada-Nya dan tidak merasa tenang dengan ketetapan-Nya (lihat Ihkaamul Ahkaam, 1/346)

4⃣ Dalam hadits ini terdapat beberapa pelajaran terkait nasihat dan metodenya:
•Pertama: Peringatan dan nasihat khusus kepada kaum wanita untuk lebih meningkatkan ketakwaan, memperbanyak amal shalih dan menjauhi dosa-dosa.
•Kedua: Perintah kepada kaum lelaki untuk mengajarkan hukum-hukum Islam terhadap kaum wanita dan menetapkan majelis khusus untuk menasihati mereka dengan syarat aman dari ‘fitnah’.
•Ketiga: Memberi penekanan dalam nasihat jika diharapkan dengan itu akan dapat menghilangkan sifat jelek orang yang dinasihati.
•Keempat: Hendaklah memperhatikan nasihat yang paling dibutuhkan.
•Kelima: Hendaklah senantiasa memberi nasihat, terutama kepada yang membutuhkan nasihat.
(Lihat Nailul Authar, 6/24 dan Ihkaamul Ahkaam, 1/345)

5⃣Motivasi untuk memperbanyak sedekah dan istighfar, dan bahwa keduanya termasuk sebab keselamatan seorang hamba dari azab Allah ‘azza wa jalla, karena kebaikan dapat menghapus kejelekan (lihat Syarhu Muslim lin Nawawi, 2/66 dan Ihkaamul Ahkaam, 1/345).

6⃣ Hadits ini juga menunjukkan bahwa kekafiran ada dua bentuk, kufur akbar (besar) yang menyebabkan pelakunya murtad; keluar dari Islam dan kufur ashgar (kecil) yang termasuk dosa besar namun tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam (lihat Syarhu Muslim lin Nawawi, 2/67).

7⃣ Sebagaimana dalam hadits ini juga terkandung pelajaran bahwa iman dapat naik dan turun, naik dengan ketaatan dan turun karena kemaksiatan (lihat Syarhu Muslim lin Nawawi, 2/67).

8⃣ Seorang pemimpin hendaklah memperhatikan kondisi masyarakatnya, terutama pengamalan mereka terhadap agama, lebih khusus lagi memperhatikan kaum wanita sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam (lihat Syarhu Muslim lin Nawawi, 2/67).

9⃣ Bolehnya seorang penuntut ilmu bertanya kepada guru apabila belum jelas pengajarannya, sebagaimana yang dilakukan wanita sahabat radhiyallahu’anha tersebut (lihat Syarhu Muslim lin Nawawi, 2/67).

🔟 Hadits ini juga menunjukkan bahwa wanita boleh bersedekah dengan hartanya tanpa izin suami, ini pendapat Jumhur ulama (lihat Nailul Athar, 6/24)

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

💾🌐http://sofyanruray.info/mengapa-wanita-yang-terbanyak-masuk-neraka/

Boleh disebarkan sebagai ta'awun dalam dakwah tauhid dan sunnah, jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.

[disingkat oleh WhatsApp]

Mengingatkan untuk Ikhlas dalam Menuntut Ilmu


Mengingatkan untuk Ikhlas dalam Menuntut Ilmu]:

📚Ikhlas dalam Menuntut Ilmu dan Keinginan Meraih Gelar atau Ijazah📖

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

👉Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ

“Barangsiapa menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan pandangan-pandangan manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke neraka.” [HR. At-Tirmidzi dari Ka’ab bin Malik radhiyallahu’anhu, Shahih At-Targhib: 106]

👉Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya diharapkan dengannya wajah Allah ‘azza wa jalla, tetapi ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” [HR. Ahmad, Abu daud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Shahih Ath-Targhib: 105]

📋Beberapa Pelajaran:

1⃣ Menuntut ilmu adalah ibadah yang sangat agung apabilla diniatkan ikhlas karena Allah ta’ala.

• Sebagian ulama berkata,

العلم صلاة السر وعبادة القلب

“Ilmu adalah sholat yang tersembunyi dan ibadah hati.” [Hilyah Thalibil ‘Ilmi (dicetak bersama Al-Majmu’ah Al-‘Ilmiah), hal. 141]

• Al-Imam Ahmad rahimahullah berkata,

العلم لا يَعْدله شيء لمن صحت نيته قالوا: وكيف تصح النية يا أبا عبد الله؟ قال: ينوي رفع الجهل عن نفسه وعن غيره

“Ilmu itu tidak dapat ditandingi oleh amalan apapun bagi orang yang niatnya benar (dalam menuntut ilmu).” Mereka bertanya, “Bagaimana benarnya niat wahai Abu Abdillah?” Beliau menjawab, “Seorang yang menuntut ilmu itu meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.” [Kitabul ‘Ilmi libnil ‘Utsaimin rahimahullah, hal. 22]

2⃣ Bagaimana cara mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu:

• Engkau niatkan untuk menjalankan perintah Allah ta’ala (karena Allah ta'ala).

• Engkau niatkan untuk menjaga syari’at Allah ta’ala, sebab menjaga syari’at itu dilakukan dengan menghapalnya dalam dada dan menulisnya dalam buku.

• Engkau niatkan untuk membela syari’at Allah ta’ala, yakni menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang disandarkan kepada syari’at.

• Engkau niatkan untuk meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, terlebih engkau tidak mungkin meneladani beliau sampai engkau mengetahui petunjuk beliau shallallahu’alaihi wa sallam. (Diringkas dari Syarh Hilyah Thalibil ‘Ilmi, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, hal. 7-9)

3⃣ Celaan yang keras terhadap dua golongan dalam menuntut ilmu;

• Orang yang membantah para ulama untuk riya’ dan sum’ah agar terlihat atau terdengar ilmunya,

• Mendebat orang-orang bodoh untuk berbangga-bangga dan sombong dengan ilmunya (lihat Faidhul Qodir, 6/176).

4⃣ Cinta popularitas adalah penyakit para penuntut ilmu yang harus diwaspadai.

• Ibrahim bin Adham rahimahullah berkata,

ما صَدَق الله عبد يحب الشهرة بعلم أو عمل أو كرم

“Tidaklah jujur kepada Allah, seorang hamba yang cinta popularitas dengan ilmu, amal atau kedermawanan.” [Bayaanul ‘Ilmi, hal. 63]

• Bisyr bin Al-Harits rahimahullah berkata,

لا يجد حلاوة الآخرة رجل يحب أن يعرفه الناس

“Tidak akan mendapatkan manisnya akhirat, orang yang suka dikenal oleh manusia.” [Al-Hilyah, 8/343, Bayaanul ‘Ilmi, hal. 64]

5⃣Celaan yang keras terhadap orang yang berniat menuntut ilmu agama untuk meraih tujuan-tujuan duniawi semata seperti menginginkan ijazah, gelar sarjana, jabatan dan gaji yang tinggi. Bahkan niat tersebut termasuk kesyirikan, Allah ta’ala berfirman,

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya (semata-mata), niscaya Kami berikan kepada mereka balasan amalan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [Hud: 15-16]

• Akan tetapi kalau ia meniatkan ijazah tersebut untuk lebih membantunya dan memudahkannya dalam berdakwah maka itu niat yang baik. Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,

إذا كانت نية الإنسان نيل الشهادة من أجل نفع الخلق تعليمًا أو إدارة أو نحوها، فهذه نية سليمة لا تضره شيئًا؛ لأنها نية حق

“Apabila niat seseorang mendapat ijazah untuk memberi manfaat kepada makhluk dengan pengajaran, pengaturan (manajemen) dan yang semisalnya, maka ini niat yang selamat, tidak membahayakan sedikit pun, karena niatnya benar.” [Kitabul ‘Ilmi, hal. 21]

• Demikian pula apabila ia menuntut ilmu agama dengan niat ikhlas karena Allah ta’ala dan juga menginginkan ijazah untuk kemanfaatan duniawi seperti gaji yang tinggi maka tidak apa-apa insya Allah ta'ala. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan,

أن الإنسان إذا أراد بعمله الحسنيين- حسنى الدنيا، وحسنى الآخرة-; فلا شيء عليه لأن الله يقول: {وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ}، فرغبه في التقوى بذكر المخرج من كل ضيق والرزق من حيث لا يحتسب.


“Bahwa manusia, jika menginginkan dengan amalannya dua kebaikan, yaitu kebaikan dunia dan kebaikan akhirat, maka tidak ada dosa atasnya, karena Allah ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka.” (Ath-Tholaq: 2-3)

Maka dalam ayat ini, Allah ta’ala memotivasi untuk bertakwa dengan menyebutkan jalan keluar dari kesempitan dan rezeki dari arah yang tidak ia sangka." [Al-Qoulul Mufid, 2/138]

• Berbeda dengan niat yang tercampur dengan riya’ atau sum’ah, yaitu memperlihatkan atau memperdengarkan amalan demi mendapat pujian makhluk, ini diharamkan dalam semua keadaan, bahkan termasuk kategori syirik kepada Allah ta’ala. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan,

فإن قيل: من أراد بعمله الدنيا كيف يقال إنه مخلص، مع أنه أراد المال مثلا؟
أجيب: إنه أخلص العبادة ولم يرد بها الخلق إطلاقا، فلم يقصد مراءاة الناس ومدحهم، بل قصد أمرا ماديا; فإخلاصه ليس كاملا لأن فيه شركا، ولكن ليس كشرك الرياء يريد أن يمدح بالتقرب إلى الله، وهذا لم يرد مدح الناس بذلك، بل أراد شيئا دنيئا غيره.
ولا مانع أن يدعو الإنسان في صلاته، ويطلب أن يرزقه الله المال، ولكن لا يصلي من أجل هذا الشيء; فهذه مرتبة دنيئة.
أما طلب الخير في الدنيا بأسبابه الدنيوية; كالبيع، والشراء، والزراعة; فهذا لا شيء فيه، والأصل أن لا نجعل في العبادات نصيبا من الدنيا، وقد سبق البحث في حكم العبادة؛ إذا خالطها الرياء، في باب الرياء.

"Jika dikatakan: Barangsiapa yang menginginkan dunia (dan akhirat) dengan amalannya, bagaimana bisa dikatakan bahwa dia orang yang ikhlas, padahal dia menginginkan harta –misalkan-?

Aku jawab: Sesungguhnya ia telah mengikhlaskan ibadah dan tidak menginginginkan (pujian) makhluk secara mutlak, maka ia tidak bermaksud untuk mempertontonkan amalannya kepada manusia dan meraih pujian mereka, tetapi ia bermaksud mendapatkan sesuatu yang sifatnya materi, maka keikhlasannya tidak sempurna, karena padanya ada percampuran (tidak murni), akan tetapi tidak sama dengan syirik seperti riya', yang menginginkan agar dipuji ketika mendekatkan diri kepada Allah. Adapun yang ini, tidak menginginkan pujian manusia ketika beribadah, namun ia menginginkan sesuatu yang rendah selain itu.

Dan tidak mengapa seseorang berdoa dalam sholatnya, meminta rezeki dari Allah, akan tetapi janganlah ia sholat karena hal ini, karena ini tingkatan yang rendah. Adapun mengejar kebaikan dunia dengan amalan-amalan dunia, seperti jual beli dan pertanian, maka ini tidak ada dosa padanya. Dan hukum asal, kita tidak boleh menjadikan dalam ibadah-ibadah itu bagian untuk dunia, dan telah lewat pembahasan hukum ibadah apabila tercampur riya pada Bab Riya'.” [Al-Qoulul Mufid, 2/138]

• Adapun menuntut ilmu dunia dengan niat meraih harta dunia hukum asalnya mubah, namun apabila diniatkan juga untuk beribadah kepada Allah ta’ala, seperti demi memberi manfaat untuk kaum muslimin, maka menjadi ibadah (lihat Syarhu Hilyah Thalibil ‘Ilmi dan Kitabul ‘Ilmi libnil ‘Utsaimin rahimahullah, hal. 76-77)

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

💾🌐http://sofyanruray.info/ikhlas-dalam-menuntut-ilmu-dan-keinginan-meraih-gelar-atau-ijazah/

Boleh disebarkan sebagai ta'awun dalam dakwah tauhid dan sunnah, jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.

[disingkat oleh WhatsApp]

Minggu, 26 April 2015

17 Kiat Menjadikan Anak sholeh


17 Kiat Menjadikan Anak Shalih

Orang tua tentunya menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang shalih dan shalehah. Maka, -wahai para orang tua- lakukanlah kiat berikut ini, niscaya dengan izin Allah, putra putri Anda akan menjadi seorang anak yang shalih dan shalihah.

�🍂 Ajarkan al-Quran dan sunnah NabiNya

🍂 Tumbuhkan kecintaaan kepada Allah dan RasulNya

🍂 Perintahkan mereka shalat di awal waktu

🍂 Ajak mereka (anak laki-laki) untuk shalat berjama’ah di masjid

🍂 Ajarkan kepada mereka tata cara ibadah yang benar

🍂 Didik, latih, dan arahkan serta biasakan mereka untuk senantiasa berdzikir, selalu merasa diawasi oleh Allah dan selalu tumbuh rasa takut kepadaNya

🍂 Biasakan mereka membaca doa sehari-hari

🍂 Biasakan mereka untuk melakukan adab-adab yang baik

🍂 Biasakan mereka untuk mengucapkan salam ketika masuk rumah

🍂 Pilihlah sekolah atau lembaga pendidikan yang baik untuk mereka

🍂 Bila mereka salah nasehatilah dengan penuh kelembutan dan sekali-kali dengan ketegasan dalam rangka mendidik, dan usahakan dengan rahasia (berdua), tidak di depan orang lain serta pilihlah waktu yang tepat. Janganlah segera memberi hukuman, tanyalah dulu sebab dan berilah solusi terbaik. Jika terpaksa memberikan hukuman pilihlah hukuman yang mendidik.  Ajarkan agar ia meminta maaf, dan berilah kesempatan untuk memperbaiki diri.

🍂 Latihlah mereka untuk bisa mandiri dan bertanggung jawab dengan cara memberi tugas yang mungkin bisa dilakukannya.

🍂 Hindarkan mereka dari teman yang buruk dan sarana-sarana yang dapat mengantarkan mereka terjerembab ke dalam keburukan.

🍂 Biasakan mengajak mereka untuk bersilaturrahim

🍂 Ajarkan mereka untuk saling tolong menolong sesamanya dalam kebaikan

🍂 Jadilah diri Anda teladan yang baik bagi mereka.

🍂 Berilah mereka nafkah dari sumber yang halal dan baik
_________________

(Sumber: Pesan ini disebarluaskan oleh BB Dakwah Al-Sofwa PIN 24C805BD)

Mencintai Karena Allah


🌍 BimbinganIslam.com
📆 Sabtu, 6 Rajab 1436 H / 25 April 2015
📝 Artikel Tematik
〰〰〰〰〰
💗 Bila Benar Aku Mencintaimu ....
💗

Dalam sebuah majelis, Syekh Nashiruddin Al-Albani rahimahuLLah, pernah ditanya: "Syekh, apakah seseorang yang mencintai karena ALLah, wajib mengatakan kepada orang yang dicintainya: "Aku mencintaimu karena ALLah?"

Syekh Albani menjawab: "Iya. Akan tetapi cinta karena ALLah memiliki harga yang sangat tinggi, sedikit sekali yang mampu membayarnya. Apakah kalian mengetahui berapa harga cinta karena ALLah? Siapa yang mengetahui, silakan menjawab."

Mulailah para hadirin memberikan jawaban.

Seseorang menjawab: "RasuluLLah shallaLLahu 'alaYhi wa sallam bersabda: "7 golongan yang ALLah menaunginya dengan naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, salah satunya dua orang yang saling mencintai karena ALLah, bersatu karena ALLah dan berpisah karena-Nya."

Syekh berkata : "Ini adalah perkataan yang benar pada tempatnya, tapi bukan jawaban dari pertanyaanku. Ini adalah sebagian pengertian cinta karena ALLah. Adapun pertanyaanku, apakah harga yang harus dibayar oleh dua orang yang saling mencintai karena ALLah, yang satu kepada yang lain? Bukan apakah balasan akhiratnya? Maksudku, aku ingin menanyakan: Apakah bukti perbuatan bila seseorang mencintai karena ALLah? Karena kadang-kadang, dua orang saling mencintai, tetapi cintanya hanya tampak di luar, tidak benar-benar hakiki. Maka, apakah bukti cinta yang hakiki?"

Seseorang yang hadir menjawab lagi: "Seseorang mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya."
Syekh Albani berkata: "Ini adalah sifat cinta atau salah satu sifat cinta."

Seseorang menjawab lagi: "Firman ALLah Ta'ala:


 (قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ)

"(Artinya) Katakanlah: apabila kalian mencintai ALLah maka ikutilah aku, maka ALLah akan mencintai kalian." (QS. Ali Imran: 31)

Syekh menjawab: "Ini adalah jawaban yang benar untuk pertanyaan yang lain."

Hadirin yang lain mencoba menjawab: "Tiga hal, yang apabila terdapat pada diri seseorang ia akan merasakan kelezatan iman, salah satunya orang yang mencintai karena ALLah."

Syeikh menjawab: "Itu adalah buah dari cinta karena ALLah, yaitu kelezatan iman dalam hati seseorang."

Seseorang menimpali lagi: "Firman ALLah Taala:

(ِوَالْعَصْرِ * إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ * إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ)

"(Artinya) Demi Masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih, dan saling berwasiat dalam kebenaran dan saling berwasiat dalam kesabaran." (QS. Al-Ashr: 1-3)

Kali ini syekh menjawab: "Ahsanta. Benar, inilah jawabannya."

Saudaraku, mari kita renungkan perkara yang agung ini. Harga sebuah cinta karena ALLah. Siapa di antara kita yang tidak mencintai orang lain? Tentu tidak ada. Setidaknya, kita pasti mencintai pasangan kita, atau anak-anak kita, atau orang tua kita, atau saudara kita. Maka apakah bukti cinta kita pada mereka?

Ternyata buktinya adalah kita menasehatinya kepada kebenaran. Terkadang mudah bagi kita memberikan segala sesuatu yang kita cintai baik berupa harta, waktu, maupun perhatian untuk orang yang kita cintai. Akan tetapi, ketika kita melihatnya melakukan kesalahan, kita diam saja, dengan alasan segan, karena dia memiliki ilmu yang lebih dari kita, atau karena takut ia menjadi marah, takut ia memutuskan hubungan, atau takut ia menjauh, dan sebagainya. Kita merasa takut kehilangannya dengan membiarkannya terjatuh pada kesalahan. Ah, ternyata bukanlah itu bukti cinta yang hakiki.

Mari kita perhatikan perkataan Syeikh selanjutnya..
"Maka, apabila benar aku mencintaimu karena ALLah, selayaknya aku memberimu nasihat, demikian juga engkau menerima nasehatku dan memberiku nasehat. Cinta karena ALLah memiliki harga yang sangat mahal. Cinta karena ALLah adalah bagian dari keikhlasan, yaitu mengikhlaskan segalanya untuk kebaikan orang yang kita cintai, dengan memberikan nasehat. Dengan senantiasa menyuruh kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.. selalu dan selamanya."

✒ Ustadzah Liz Ummu Sholih
Di Kota Madinah
______________________________
📦 Donasi Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Syariah Mandiri
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

💬 Saran atau Kritik silahkan sampaikan kepada kami melalui link berikut:
🌐 http://www.bimbinganislam.com/kritikdansaran

Sabtu, 11 April 2015

Adab-adab Bercanda

بسم الله 🌴 Adab-adab Bercanda 1.    Hendaknya candaan yang tidak mengandung nama Allah, ayat-ayat-Nya, Sunnah rasul-Nya atau syi`ar-syi`ar Islam. Karena Allah telah berfirman tentang orang- orang yang memperolok-olokan shahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam , yang ahli baca al-Qur`an: وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُم "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), tentulah mereka menjawab: "Sesungguh-nya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta ma`af, karena kamu kafir sesudah beriman". (At-Taubah: 65-66). 2.    Hendaknya percandaan itu adalah benar tidak mengandung dusta. Dan hendaknya pecanda tidak mengada-ada cerita-cerita khayalan supaya orang lain tertawa. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dengannya orang banyak jadi tertawa. Celakalah baginya dan celakalah". (HR. Ahmad dan dihasankan Al-Albani). 3.    Hendaknya percandaan tidak mengandung unsur menyakiti perasaan salah seorang di antara manusia. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah seorang di antara kamu mengambil barang temannya apakah itu hanya canda atau sungguh-sungguh; dan jika ia telah mengambil tongkat temannya, maka ia harus mengembalikannya kepadanya". (HR. Ahmad dan Abu Daud; dihasankan Al-Albani). 4.    Bercanda selayaknya tidak dilakukan terhadap orang yang lebih tua darimu, atau terhadap orang yang tidak bisa bercanda atau tidak dapat menerimanya, atau terhadap perempuan yang bukan mahrammu. 5.    Hendaknya anda tidak memperbanyak canda hingga menjadi tabiatmu, dan jatuhlah wibawamu dan akibatnya kamu mudah dipermainkan oleh orang lain. COPAS dari: "Etika Dan Adab Sehari-hari" (Al-Qismu Al-ilm, Syaikh Ibnu Baz) Dengan sedikit editan. ----------------------------------- 🎓ustadz Hudzaifah Abu Khodijah 📱WA Silsilah Durus Linnisa

Keyakinan ahlus sunnah tentang keimanan kepada rasul-rasul-Nya (bagian-01)

SILSILAH AQIDAH & MANHAJ -21📜 ❇Keyakinan ahlus sunnah tentang keimanan kepada rasul-rasul-Nya (bagian-01) 💡Rasul adalah seseorang yang diberikan wahyu oleh Allah -azza wa jalla- dan diutus kepada segenap manusia untuk menyampaikannya. 🍃Allah -subhanahu wa ta'ala- berfirman: إنا أوحينا إليك كما أوحينا إلى نوح والنبيين من بعده "Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepada engkau (wahai Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya". 💡Dan Allah -subhanahu wa ta'ala- mengutus para rasul tersebut adalah untuk menyampaikan dan menjelaskan syariat peribatan hanya kepada-Nya semata bagi seluruh manusia. 🍃Allah -subhanahu wa ta'ala- berfirman: ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت "Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap ummat itu seorang rasul agar mereka beribadah kepada Allah dan menjauhi thagut (segala sesuatu yg diibadahi selain Allah)". 💡Dan rasul tersebut diutus dari kalangan manusia biasa, sehingga tidak memiliki kekhususan dalam perkara rububiyyah (penciptaan, kekuasaan dan pengaturan) dan tidak pula dalam perkara uluhiyyah (peribadatan), bahkan ia juga manusia biasa yang diperintahkan untuk beribadah hanya kepada Allah -subhanahu wa ta'ala-. 🍃Allah -subhanahu wa ta'ala- berfirman: قل لا أملك لنفسي نفعا ولا ضرا إلا ما شاء الله، ولو كنت أعلم الغيب لاستكثرت من الخير وما مسني السوء إن أنا إلا نذير وبشير لقوم يؤمنون "Katakanlah (wahai Muhammad); tidaklah aku memiliki kekuasaan pada diriku terhadap suatu manfaat maupun bahaya kecuali sesuai yg dikehendaki oleh Allah, seandainya aku mengetahui perkara yang ghaib maka pasti aku akan memperbanyak kebaikan dan aku tidak akan ditimpa kejelekan, tidaklah aku kecuali seorang pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira bagi kaum yang beriman". Wallahu a'lam. Bersambung... ✒Al Ustadz Fauzan Abu Muhammad ☝Bagi yang tertinggal materi. Silahkan kunjungi web kami 🌐www.silsilahduruslinnisa.com 📱WA Silsilah Durus Linnisa

FIQIH SHALAT (bagian-14)

SILSILAH FIQIH -31📜 🔅FIQIH SHALAT (bagian-14) ♻Amalan-amalan & kegiatan dalam shalat#6 🔷Seputar permasalahan mengarah kekiblat bagi seorang yang shalat diatas kendaraan. 🌴Berkata An Nawawy -rahimahullah-: "Adapun shalat nafilah (sunnah) maka dilihat, jika pada safar diatas tunggangan maka jika memungkinkan baginya untuk memutar punggung untuk mengarah kekiblat seperti kendaraan yang luas dan memiliki kapasitas tempat yang besar maka dia mengarah ke kiblat, seperti diatas kapal laut, namun jika tidak memungkinkan hal tersebut maka boleh baginya untuk tidak mengarah kekiblat sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhu- bahwa Nabi -shalallahu 'alaihi wa sallam- shalat diatas kendaraannya disuatu safar dengan mengarah kearah kendaraan tersebut mengarah". _______ 👓Al Majmu' (3/232) 🌴Berkata Syeikh 'Utsaimin -rahimahullahu ta'ala-: "Yang merupakan asal adalah menyamakan (shalat) yang fardhu dengan yang nafilah (sunnah), pada seluruh hukum-hukum syariat kecuali dengan adanya dalil, maka semua yang telah tsabit (tetap) dari perkara sunnah maka hal tersebut juga tsabit (tetap berlaku) pada yang fardhu, dan setiap yang dinafikan (ditiadakan) dalam perkara yang sunnah maka demikian pula pada perkara yang wajib, kecuali jika ada dalil, dan diambil suatu dalil tentang kaidah ini bahwasanya para sahabat tatkala mereka menyebutkan bahwa Rasulullah -shalallahu 'alaihi wa sallam- pernah shalat diatas kendaraannya dan menghadap kearah kendaraannya menghadap, maka merekapun berkata: "Namun beliau tidaj shalat wajib diatasnya", mereka memperkecualikan "Namun beliau tidak shalat wajib diatasnya", menunjukkan bahwa andaikata mereka tidak memperkecualikan maka shalat wajib sama hukumnya dengan shalat sunnah dari sisi bolehnya diatas kendaraan, dan karena Allah berfirman: "Dan darimana saja kalian keluar maka palingkanlah wajah kalian kearah masjidil haram". Dan syatrah bermakna arahnya, dan ini mencakup menghadap keseluruh bagian ka'bah atau sebagian darinya sebagaimana telah ditafsirkan hal tsb dalam sunnah tentang shalatnya Rasulullah -shalallahu 'alaihi wa sallam- di ka'bah". _______ 👓Asy Syarhul Mumti' (2/215) 🌴Berkata Ibnu Qudamah -rahimahullah-: "Kami tidak mengetahui ada perbedaan pendapat dikalangan ulama' tentang bolehnya shalat sunnah diatas tunggangan ketika perjalanan jauh". _____ 👓Al Mughni (2/265) Wallahu a'lam Bersambung... ✒Al Ustadz Abu Muhammad Fauzan

Pembatal-pembatal keislaman

SILSILAH TAUHID -30📜 🍃نواقض الإسلام 🍃Pembatal-pembatal keislaman 9⃣من اعتقد أن بعض الناس يسعه الخروج عن شريعة محمد صلى الله عليه وسلم ➡Siapapun yang berkeyakinan bahwa sebagian orang boleh keluar dari syariat Rasulullah -shalallahu 'alaihi wa sallam-. 👆maka dia telah kafir. ☝Karena Allah -subhanahu wa ta'ala- telah mengutus Muhammad -shalallahu 'alaihi wa sallam- kepada seluruh manusia, maka kewajiban bagi setiap manusia untuk taat dan patuh terhadap syariatnya. 🍂Allah -subhanahu wa ta'ala- berfirman: وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين "Dan tidaklah Kami mengutusmu (wahai Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta". QS. Al Anbiya': 107 🍂Dan Allah -subhanahu wa ta'ala- juga berfirman: وما أرسلناك إلا كافة للناس بشيرا ونذيرا "Dan tidaklah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad) kecuali kepada manusia seluruhnya sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan". QS. Saba': 28 🍂Dan Allah -subhanahu wa ta'ala- berfirman: قل ياأيها الناس إني رسول الله إليكم جميعا "Katakanlah (wahai Muhammad) : wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang diutus kepada kalian seluruhnya". QS. Al A'raf: 158 💡Maka barangsiapa yang tidak mengikuti seruan dan ajaran rasul tersebut maka ia telah kafir, sama saja apakah ia seorang yahudi atau nashrani atau majusi atau agama apapun, karena sesungguhnya Rasulullah -shalallahu 'alaihi wa sallam- telah di utus dan Allah -subhanahu wa ta'ala- mewajibkan bagi segenap hamba-Nya untuk mengikuti syariat yang beliau bawa. 💡Dan karena agama yang beliau bawa adalah sebaik-baik agama dan sekaligus penghapus hukum-hukum agama sebelumnya, maka tidak boleh bagi seorang yahudi atau nashrani yang telah mendengarkan terutusnya beliau -shalallahu 'alaihi wa sallam- untuk keluar dari syariatnya. Wallahu a'lam. Bersambung... ✒Al Ustadz Fauzan Abu Muhammad ___________ 📱WA Silsilah Durus Linnisa

Faidah dari Syeikh 'Utsaimin "Menghafal Al Quran"

🌾FAIDAH MALAM HARI🌙 🍃Berkata Syeikh 'Utsaimin -rahimahullah-: وإنه مما يؤسف له أن تجد طلبة العلم لا يحفظ القرآن،بل بعضهم لايحسن القراءة ،وهذا خلل كبير في منهج طلب العلم.لذلك أكرر أنه يجب علي طلبة العلم الحرص علي حفظ القرآن والعمل به والدعوة إليه وفهمه فهما مطابقا لفهم السلف الصالح. "Dan diantara perkara yang memprihatinkan jika engkau mendapati seorang penuntut ilmu yang tidak hafal al qur_an, bahkan sebagian mereka tidak pandai didalam membacanya, dan ini adalah ketergelinciran yang fatal dalam manhaj (metode) menuntut ilmu. Oleh sebab itulah saya pertegas bahwasanya keharusan bagi penuntut ilmu adalah bersemangat untuk menghafalkan al qur_an dan beramal dengannya serta berdakwah kepadanya, dan juga memahaminya dengan pemahaman yang sesuai dengan pemahaman para salafus shalih". (الوصايا الجليه لطلبة العلوم الشرعيه/32)📚 ✒Al Ustadz Abu Muhammad Fauzan __________ 📱WA Silsilah Durus Linnisa'📚

Ajaklah Keluarga Untuk Sholat Wittir

🌿 Berkata Syeikh 'Utsaimin -rahimahullah-: ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﻺ‌ﻧﺴﺎﻥ ﺃﻥ ﻳﻮﺗﺮ ﻭﺃﻥ ﻳﺮﺷﺪ ﺃﻫﻠﻪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻮﺗﺮ ﻷ‌ﻥ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﻴﻮﺕ ﻭﺍﻷ‌ﻭﻻ‌ﺩ ﻳﻈﻨﻮﻥ ﺃﻥ ﺍﻟﻮﺗﺮ ﻟﻴﺲ ﺑﻤﺆﻛﺪ.  "Seharusnya bagi seseorang itu untuk melakukan shalat witir dan mengarahkan keluarganya untuk melakukan shalat witir, karena kebanyakan para wanita dan anak- anak menganggap bahwa shalat witir itu bukanlah suatu sunnah mu'akkad". ______ 👓Syarhul Bulugh : 2/236 ✒Ustadz Fauzan al Kutawy ___________ 📱WA Silsilah Durus Linnisa'