Rabu, 21 Maret 2018

Terapi peluk

Copas....

#Reminder utk diri sendiri...🙂

TERAPI PELUK DAN REFRAMING

"Mba Noov, gimana sih caranya jadi ibu yang sabar, yang lembut, yang gak gampang marah-marah sama anak, yang gak suka nyubit."

Hmmm saya sebenarnya bingung kalo ditanya begitu. Karena dasarnya, saya itu punya bakat pemarah dan kasar. Tapi kalo boleh saya mau sharing pengalaman saya mengelola emosi yang masih berproses hingga sekarang.

Kalau yang mengikuti status saya dari dulu dulu, pasti tahu saya punya innerchild yang sedang saya sembuhkan. Alhamdulillah nya, Allah menjodohkan saya dengan seorang lelaki yang sebelumnya sudah punya 'kabel pengasuhan' yang baik dari orang tuanya. Sehingga, saya bisa belajar tentang menjadi orang tua yang lembut darinya dan keluarganya.

Perjalanan pengelolaan emosi saya berawal sejak hari pertama menikah. Suami saya, dengan tegas tapi lembut mengatakan bahwa tidak boleh ada marah-marah, bentak-bentak, teriak-teriak, atau pukul-pukul di keluarga kami. Baik untuk hubungan suami istri maupun orang tua ke anak.

Maka, saya coba pegang betuul nasihat suami saya ini. Tapii, tentu saja praktiknya tidak semudah dan semulus ituu. Saya yang dasarnya mudah marah tidak bisa serta merta jadi istri dan ibu yang lembut.

Awalnya, setiap kali mau marah, saya memilih time out. Lariiii. Bersembunyiii. Menenangkan diri sejenak agar siap menghadapi anak yang tantrum dengan senyuman. Sesaat cara ini berhasil membuat saya tidak marah-marah. Tapi kemudian, setelah lama memperhatikan, suami saya komplain.

"Kok bisa, Qairina nangis begitu mamahnya malah kabur. Menenangkan diri sendiri. Apanya yang harus ditenangkan? Siapa yang sebenarnya perlu ditenangkan?"

Pertama mendengar komplainnya, saya 'mendidih', lalu menjawab sambil terisak, "Papah gak tau sih gimana susahnya mengontrol emosi! Papah pilih mana, mamah marah-marah atau menenangkan diri sendiri dulu?"

"Kenapa harus ikut marah? Apa salah Qairina?"

Jleb. Saya mulai berusaha mencerna apa yang diucapkan suami saya. Kenapa saya harus terbawa emosi?

Lalu saya bertanya pelan, "Lalu mamah harus bagaimana?"

Dia menjawab tegaas.

"Peluuuk. Peluuuk erat Qairina. Tenangkan emosinyaa."

Saya masih ngeyel. "Bagaimana mungkin bisa memeluk dan menenangkannya kalo mamah sendiri gak tenang?"

"Coba dulu ajaa. Papah kalo liat Qairina rewel, terus agak kesal sama dia, papah peluuk. Begitu memeluk Qairina, rasa kesal itu seketika hilaang berganti rasa sayang."

Dia melanjutkan lagi.
"Saat anak menangis itu artinya dia sedang membutuhkan sesuatu dari kita. Dia butuh kitaa untuk membuatnya nyamaan. Maka, kalo mamah malah larii menenangkan diri sendiri, papah sebal. Jangan lari mah, hadapi tangisannya, berikan rasa nyaman. Peluuk. Lepas emosi kita sendiri saat memeluk anak. Insya Allaah dia akan lebih mudah ditenangkan."

Saya terdiam, kata-katanya membuat saya skakmat. Tak berkutik. Saya mencoba meresapi makna yang coba disampaikannya.

Sejak saat itu, saat menemui kondisi yang membuat saya hampir marah ke anak, saya coba praktikkan nasihatnya. Sambil otak saya terus berusaha me-reframe apa yang saya lihat dari sudut pandang yang positif. Dan setelah saya reframe banyak hal yang menyebabkan Qairina tantrum, sebenarnya memang marah-marah itu tidak diperlukan. Anak tidak akan 'berulah' kalo kita sudah memenuhi haknya dengan sebaik-baiknya.

Anak menyobek-nyobek buku?
Ah mungkin saya yang kurang menstimulasi motorik halusnya sehingga dia belum cekatan memegang dan membolak-balikkan buku. Tak perlu marah-marah, kasih senyuman, ajak anak merapikan buku yang disobek sambil bermain.

Anak berteriak-teriak karena keinginannya gak diturutin?
Ah mungkin saya kurang memperhatikannya saat dia bersikap baik, sehingga dia 'mencari perhatian' dengan cara berteriak. Peluuk, minta maaf, biarkan dia me-release emosinya, setelah reda tanyakan apa keinginannya baik-baik.

Anak rewel minta ditemenin bermain padahal saya capek habis pulang kerja atau habis melakukan seabrek pekerjaan rumah tangga?
Ah bukan salahnya. Saya yang belum menunaikan kewajiban saya menemaninya bermain. Dia hanya meminta haknya. Tak adil jika saya memintanya mengerti kalo saya capek, dia hanya seorang balita, saya lah orang yang dewasa. Maka, tarik nafas, cuci muka/wudhu, kembali temui anak dan ajak dia bermain sesukanya dengan sepenuh jiwa dan raga.

Anak bikin rumah berantakan?
Alhamdulillah rumahnya jadi lebih hidup. Alhamdulillah itu artinya anak sehat. Ingat saat dia tergolek lemas di bangsal rumah sakit. Rumah rapi, tapi tak ada tawa yang bergema di udaranya. Penuhi dulu hati dengan syukur, lalu ajak merapikan mainan sama-sama sambil bernyanyi atau main games. Kalo tetap tidak mau, atau hanya mau membantu setengah-setengah pun tak apa, tak perlu dipaksa. Cukup contohkan kalo habis bermain, mainan harus dirapikan kembali.

Anak rewel di tempat umum atau di tempat antrian?
Ah mungkin saya membuatnya bosan sehingga dia rewel. Atau saya tidak cukup membawa mainan atau buku yang bisa membuatnya tenang. Atau saya yang terlalu memaksa mengajaknya ikut tanpa terlebih dulu bertanya kesediannya.

Nah, ternyata memeluk sambil me-reframe pikiran sendiri ituu bisa jadi emosional healing buat saya. Alhamdulillah, saya jadi lebih bisa mengelola emosi.

Belakangan, 'terapi peluk' dan me-reframe pikiran ini juga saya terapkan untuk suami. Saat saya sebal, marah, atau ada unek-unek yang ingin disampaikan, saya memeluk suami. Awalnya gengsiiii, masa sih lagi sebel malah peluk peluk suami, tapi alhamdulillah ini bisa menjaga kelembutan saya sebagai seorang istri. Paling tidak, jadi tidak marah-marah dan ngomel-ngomel sama suami. 😁

Saat lagi marah, saya peluuk suami sambil bisikin, "Mamah lagi sebel sama papah."

Biasanya dia akan tertawa sambil bertanya, "Hahaha lagi marah kok meluk?"

"Iya, habisnya mamah marah sama papah. Tapi takut takut dilaknat Allah."

"Hahaha kalo begitu jangan marah."

"Habisnya papah nyebelin sih."

Daaan mengalirlah dialog diantara kami, biasanya suami akan kuras habis unek-unek saya. Kalo saya lagi emosi banget, ceritanya bisa tersendat-sendat karena sambil terisak. Tapi dia dengarkan sampai saya puas ngomong.  Baruuu dia kasih alasan, balasan, dan kritikan balik ke saya. Lalu kami saling berkompromi dan saling meminta maaf.

Kalo posisinya dia yang marah sama saya. Saya peluuk juga. Ngomong sambil takut-takut. "Papah jangan marah dong sama mamah. Nanti Allah gak ridho sama mamah. Nanti syetan seneng, tepuk tangan bersorak sorai liat kita marahan. Terus nanti siapa yang peluk mamah?"

Biasanya kalo dibegituin, jadi reda marahnya. Mungkin kasian kalo istrinya gak diridhoi Allah. Atau kasian bayangin istrinya meluk tiang listrik. 😁

Alhamdulillah terapi peluk dan me-reframe ini berhasil diterapkan di keluarga saya. Meskipun tetaap, praktiknya sungguh up and down. Tapi alhamdulillah bisa bikin saya minimaal gak pake bentak, nyubit, atau mukul anak. Minimal tidak ada lukaa yang saya tinggalkan untuknya. Kalo kesel kesel dikit ya manusiawi, cuma tetap diusahakan hilang sama sekali.

Memeluuk memungkinkan kita untuk menghidupkan sensor cinta untuk orang tersayang kita.
Memeluuk memungkinkan kita untuk menyamankan diri sendiri lewat sentuhan fisik dengan orang tercinta.
Memeluuk memungkinkan kita untuk menyampaikan bahasa cinta yang paling terasa.
Memeluuk tidak memungkinkan kita untuk saling berteriak, saling membentak, atau saling memarahi meski sedikit saja.
Memeluuk membantu kita melepas emosi yang menjalari pikiran dan jiwa kita.

Jadi, ayo peluuk orang-orang tercinta kita apapun keadaannya.
Peluk ketika merasa senang. Peluk ketika merasa sedih. Bahkan peluk ketika merasa marah. Dan rasakanlah sensasi emotional healing nya. 😊

Fb : Novika Amelia

Kamis, 15 Maret 2018

MA'HAD TAHFIDZ USWAH HASANAH

بسم الله الرحمن الرحيم

💠 *TELAH DIBUKA GELOMBANG II - PROGRAM TAHFIDZ ANAK* 💠

```Min. Usia 12 Tahun```

*KUOTA PENERIMAAN*
HANYA U/ 32 SANTRI

*TAHUN AJARAN 2018/2019*

*MA'HAD TAHFIDZ USWAH HASANAH*
*Ciledug-Tangerang*

*PROGRAM UNGGULAN:*

1. Tahfidz Al-Qur'an (Target 30 Juz - selama 3 tahun masa pendidikan)
2. Hafal 600 hadist
3. Bahasa Arab
4. Dasar-dasar ilmu Syar'i (Aqidah, Akhlaq, & Fiqih )

Ijazah: Paket (B/C)

Ekstra Kurikuler:
- Beladiri
- Futsal
- Renang
- Tenis Meja

*PENASEHAT PENDIDIKAN*
Ust. Abdurrahman Ayyub.
Ust. Muhtarom

*Pengajar Tetap:*
Ust. Teguh Budiarto (Mudir)
Ust. Ali Rozak Lc.
Ust. Faisal Abu Hafizha
Ust. Abdullah
Ust. Muhammad Khozin Fadli
Ust. Adif Fadil Muhammad

*WAKTU PENDAFTARAN & SELEKSI:*

*Gelombang I:*      
*Pendaftaran*: ~Tgl 02 Desember 2017 - 27 Januari 2018~

*Seleksi*: ~Tgl 28 Januari 2018~ ( _Sudah terlaksana_ )

✅ *Gelombang II*           
*Pendaftaran:* ▶Tgl 01 Februari - 24 Maret 2018◀

*Seleksi* : Tgl 25 Maret 2018

*Gelombang III*      
*Pendaftaran* : Tgl 01 April - 26 Mei 2018

*Seleksi:* Tgl 27 Mei 2018

▶ Gelombang 3 ditutup apabila kuota telah terpenuhi

▶ Pendaftaran dibuka setiap hari kecuali hari Sabtu (Libur)

Waktu: pukul 11:00 - 19:00 WIB

*Proses Seleksi:*
1. Wawancara
2. Membaca & Menghafal Al-Qur'an

PERSYARATAN:
1. Pria, usia minimal 12 Tahun
2. Lulus Sekolah Dasar/SMP
3. Mengisi Formulir
4. Photo copy Ijazah terakhir
5. Photo copy KTP orang Tua
6. Photo copy Akta Kelahiran (1 lembar)
7. Photo copy Kartu Keluarga (1 lembar)
8. Photo 4x6 berwarna  (2 lembar)
9. Surat keterangan dari dokter

*BIAYA - BIAYA*
🔹Biaya Pendaftaran : Rp 250.000,-

🔹Biaya Masuk
Rp 6.000.000,-
(Fasilitas yang disiapkan Mahad : Ranjang, Kasur, Lemari, Seragam & Buku paket untuk 1 tahun)

🔹Uang Bulanan Rp 1.000.000,-                

🔸🔸🔸🔸🔸🔸🔸

*BIAYA PELAKSANAAN DAN UJIAN PAKET B/C AKAN DIPUNGUT PADA SAAT PENDAFTARAN PAKET*

INFORMASI DAN TEMPAT PENDAFTARAN

Ma'had Tahfidz Uswah Hasanah
Jl. Raden Fatah (Belakang Koramil) Gg. H.Burhanuddin Kampung Pulo, RT.01 RW 04 Sudimara Selatan, Ciledug, Kota Tangerang 15151

Call Center :
- Anof
(085691495355)
- Faisal Abu Hafizha
(081381364960)

http://www.yusna.com/2017/11/penerimaan-santri-baru-tahun-ajaran_20.html?m=1

Google.maps :
https://goo.gl/maps/8m4Pc8qEeAw

💠 *ANAK ADALAH ASET AKHIRAT*
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau *do'a anak yang sholeh*" (HR. Muslim)

🕌🕌🕌🕌🕌🕌🕌🕌🕌

Senin, 12 Februari 2018

Kumpas Tuntas Permasalahan Imunisasi

Bismillah...
Hasil pembahasan *"Kumpas Tuntas Permasalahan Imunisasi"*

Acara Tanya Dokter Rodja TV. Yang berlangsung Ahad 11 Februari 2018 Pukul 20.00 s.d 21.30 WIB.

Oleh :
*Ust Erwandi Tarmizi, MA*
*Prof, Dr, dr. Zakiudin Munasir, Sp. A (K)*
*dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc*

Poin-poin Kesimpulan :

1. Imunisasi ada beberapa jenis. Vaksin adalah sebagian dari Imunisasi;

2. Pada Prinsipnya secara syar'i dan kesehatan pemberian vaksin dalam rangka imunisasi diperbolehkan (mubah).

3. Bahwa pernyataan vaksin mengandung unsur Babi, adalah hoax yang salah. Dari 20an jenis vaksin. Terdapat 4 s.d 5 jenis yang vaksin bersinggungan enzim babi pada prosesnya. Bersinggungan bukanlah mengandung. Meski tidak mengandung enzim tersebut, bahan vaksin tetap diproses dan difilter sampai milyaran kali, sehingga ending nya sudah tidak ada lagi unsur babi, ust Erwandi menjawab hukum asal nya suci, jika sudah dibersihkan maka menjadi suci kembali (HALAL), Hadits yang menjadi landasan Riwayat Bukhari 235, Ahmad (6/330), An Nasa'i (7/178), yang makna isinya kurang lebih : ada minyak beku kejatuhan tikus, maka buang tikus nya dan minyak beku tersebut yg terkena dibuang, yang bersih dari tikus dapat digunakan.

4. Meskipun mengandung babi jika untuk menolak keburukan yang lebih, maka diperbolehkan (sesuai dengan fatwa MUI Nomor 4 tahun 2016 tentang Imunisasi), dalam kondisi darurat (Pada kenyataan di Lapangan, sebagian vaksin hanya bersinggungan dengan Babi dan tidak mengandung);

5. Seluruh vaksin di Indonesia sedang dalam proses sertifikasi HALAL dan BPOM, karena undang2 tentang sertifikasi vaksin baru dibuat 1-2 tahun terakhir. (sesuai dengan Tuntutan fatwa MUI, kepada Pemerintah dan Produsen, Nomor 4 tahun 2016 tentang Imunisasi). Riset mengenai proses pembuatan vaksin dari bahan non binatang (murni tumbuhan/herbal) sedang masuk masa riset dan semoga hasilnya telah muncul 5-15 tahun mendatang.

6. Ikuti pemerintah selagi tidak melanggar syariat (termasuk imunisasi). Hukum vaksin adalah dianjurkan. Namun menjadi wajib apabila pemerintah mewajibkan (UU RI nomor 6 mengenai Wabah Penyakit dan PP No. 4 tahun 1984 tentang penanggulangan wabah)

7. (Jawaban atas tanya jawab mengenai orang yang menghasud untuk tidak menggunakan vaksin pada orang lain. dan menyebarkan berita hoax terkait vaksin mengandung babi) Bahwa tindakan ini merupakan dosa, karena penolak vaksin berkemungkinan lebih besar terkena dan menularkan penyakit. Serahkan pada penegakan hukum. Dilarang memaksakan kehendak kepada orang-orang yang tidak mengimunisasi anaknya. Tenaga Medis tetap dilarang memberikan tindakan imunisasi apabila orangtua menolak. Hanya bisa dilakukan dengan tindakan dari pemerintah.

8. Imunisasi merupakan pelemahan terhadap umat islam adalah SALAH, Karena di Negara Eropa dan Negara Kafir Imunisasi pun wajib dan penerapan hukumnya lebih ketat bagi penduduk di negara kafir tersebut yang menolak. 

9. Vaksin untuk anak-anak dan dewasa tidak berfungsi optimal jika tidak lengkap dan tidak mengikuti jadwal. Tak ada kata terlambat apabila anak belum divaksin sama sekali sejauh apabila anak belum terkena penyakit. Orang dewasa masih perlu diupdate vaksin nya.

10. Asi dan Tahnik Kurma adalah Sunnah Rasul. Sedangkan Imunisasi adalah perkembangan teknologi. Keduanya tidak saling berseberangan dan dapat dimanfaatkan secara bersamaan.

Jakarta, 12 Februari 2018

Anda dapat juga menyimak acara Rodja TV di:
Youtube http://live2.rodja.tv
Facebook: Facebook.com/Rodja
TV-645146105580925
WEB TV.HTTP.//RODJA.TV
Web Radio: http://radiorodja.com

Jumat, 05 Januari 2018

Nak lanang 10m 5d

10m 5d

Dari jam 3 an, nak lanang usrek2, kucoba peluk dan gosok2 punggungnya spy tidurnya kembali tenang.
Ternyata dia malah tidur meluk, trus duduk.
"Kenapa nak?"
Lalu dia angkat kedua tangannya tinggi.
MasyaAllah, langsung meleleh
Dia angkat tangan begitu kalo dengar Adzan, liat aq solat atau aku bilangin solat yuuk Allahu akbar.

Oh ya, bentar, adam disini ya?

Dan beneran dia anteng... barakallahu fiik nak, smg kelak engkau menjadi ahlul qiyamul lail